PT Len Industri (Persero) Indonesia Produksi Ventilator

Merebaknya wabah virus corona, menyebabkan banyak efek negatif, baik kesehatan, pendidikan, kehidupan sosial, hingga ekonomi. Di Indonesia, mau pun di dunia, tak terkecuali PT Len Industri (Persero). Kondisi sekarang memang penuh tantangan. Selain harus mencegah dan memutus penyebaran virus corona, namun juga harus tetap menjaga roda bisnis perusahaan tetap berjalan.

Pada akhir tahun 2019 lalu, PT Len Industri (Persero) berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp 4,238 triliun. Lini bisnis elektronika pertahanan berhasil memberikan kontribusi sebesar Rp1,04 triliun, atau terbesar kedua setelah sistem transportasi. Angka ini 24,36% lebih tinggi dari target awal dan 198% dibanding tahun 2018. Penentuan visi “To become a national defence electronic solution provider through excellent, independent, integrated, and secure technology” jelas bukan hanya di atas kertas. Masuknya Len dalam sektor strategis seperti radar pertahanan dan Drone UAV MALE Black Eagle menjadi capaian penting tersendiri, yang tentu diharapkan menjadi angin segar dalam bisnis pertahanan lokal. Lalu bagaimanakan dengan ahun 2020 kedepan setelah masa Wuhan Coronavirus Covid-19 ini?

Direktur Utama Len Industri, Zakky Gamal Yasin menjelaskan, “Kondisi pekerjaan di lapangan sekarang dibatasi dan mengikuti Protokol Pencegahan Virus Covid-19. Sedangkan di kantor sudah menerapkan WFH (Work From Home) sejak tanggal 18 Maret 2020 hingga hari ini dan rencananya nanti sampai tanggal 20 Mei masih WFH.”

PROFIL PT Len Industri (Persero)

PT Len Industri (Persero) saat ini berada di bawah koordinasi Kementrian Negara BUMN dengan kepemilikan saham 100% oleh Pemerintah Republik Indonesia. PT Len Industri (Persero) telah mengembangkan industri photovoltaic sejak 1997. Sebagian besar tersebar dan beroperasi di banyak daerah terpencil di Indonesia dengan total terpasang mencapai 40 MWp energi. Selama ini, Len telah mengembangkan bisnis dan produk-produk dalam bidang elektronika untuk industri dan prasarana, serta telah menunjukkan berbagai pengalaman dalam bidang :

  • Sistem Persinyalan Kereta Api di berbagai jalur utama kereta api di Pulau Jawa dan Sumatera.

  • Pembangunan urban transport di kota-kota besar seperti LRT Sumatera Selatan, LRT Jakarta, LRT Jabodebek dan Skytrain Bandara Soekarno Hatta Jakarta.

  • Jaringan infrastruktur telekomunikasi yang telah terentang baik di kota besar maupun daerah terpencil. Salah satunya adalah Palapa Ring Paket Tengah yang menghubung 17 kabupaten Indonesia Bagian Tengah sehingga masyarakat dapat menikmati pita lebar.

  • Elektronika untuk pertahanan, baik darat, laut, maupun udara. Radar, Taktikal Radio, Combat Management System (CMS) pada kapal perang, adalah beberapa produk andalan dalam spektrum bisnis pertahanan.

  • Pembangkit Listrik Tenaga Surya yang telah terpasang diberbagai pelosok Indonesia.

  • Broadcasting, selama lebih dari 30 tahun, dengan ratusan Pemancar TV dan Radio yang telah terpasang di berbagai wilayah di Indonesia.

Len didirikan sejak tahun 1965 dengan nama LEN (Lembaga Elektroteknika Nasional). Kemudian bertransformasi menjadi sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada tahun 1991. Sejak saat itu Len bukan lagi merupakan kepanjangan dari Lembaga Elektroteknika Nasional (LEN), tetapi telah menjadi sebuah entitas bisnis profesional dengan nama PT Len Industri (Persero).

Aktifitas Terbatas, Len Tetap Jalankan Bisnisnya Di Tengah Pandemi
Proyek-proyek strategis pertahanan hampir semuanya masih terus dijalankan, meski ada kemungkinan beberapa akan di-reschedule. Yang masih berjalan diantaranya seperti Rudal Pertahanan Udara Statstreak, Pamtas (Pengamanan Perbatasan) Indonesia-Malaysia, dan pengadaan sistem datalink.

Di bidang ICT dan energi contohnya pemeliharaan stasiun seismic gempa bumi, pemeliharaan InaTEWS (Indonesia Tsunami Early Warning System), serta pembangunan jaringan gas (jargas).

Di bidang migas ini baru, kini Len berperan sebagai kontraktor penunjang migas dan mendukung target lifting minyak dan gas bumi,” ujarnya.

Sedangkan di bidang perkeretaapian, proyek seperti pembangunan sistem persinyalan dan telekomunikasi jalur kereta api lintas Makassar-Parepare, jalur ganda kereta api lintas Bogor-Cicurug, fasilitas operasi LRT Palembang, serta pemeliharaan Skytrain/APMS Basoetta, juga masih tetap berjalan.

Marilah kita menjaga sikap, ucapan, tingkah laku kita yang dapat melemahkan imunitas fisik dan mental di tengah pandemi Covid-19 ini. Tumbuhkanlah nuansa positif agar ekompakan dan solidaritas dapat terus kita jaga. Semoga wabah pandemi ini segera berlalu, dan kita semua bisa beraktifitas seperti biasanya,” pungkas Zakky.


Mulai Memproduksi Ventilator untuk Penanganan Pasien Covid-19
PT Len Industri mulai memproduksi Emergency Ventilator menggunakan komponen lokal dan desain dari BPPT dan ITB.

Len juga melakukan pengembangan Controlled Ventury Base CPAP (Continuous Positive Airway Pressure) yang membantu percepatan penyembuhan pasien Covid-19 stage 2 melalui proses menjaga konsistensi level oksigenasi dalam hemoglobin pasien.

Manajer Rekayasa Produk Unit Bisnis Industri, Sentot Rakhmad Abdi menjelaskan, “Untuk Ventilator BPPT saat ini sudah disertifikasi BPFK (Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan). Len sedang memproduksi 10 unit ventilator untuk keperluan uji klinis di rumah sakit sebelum peralatan tersebut diedarkan secara legal ke rumah sakit seluruh Indonesia. Setelah lolos uji klinis maka produksi massal peralatan ini akan segera dilakukan. Kapasitas produksi PT Len industri per hari bisa mencapai 50 unit ventilator tergantung pada ketersediaan komponen. Target produk yang diperlukan BPPT 600 unit, produksi secara massal akan dikerjakan oleh dua industri, PT Len Industri akan melakukan produksi sebanyak 300 unit. Informasi yang diterima sementara seperti itu.”

Alat kesehatan buatan dalam negeri tersebut menggunakan material 100% local content (kandungan lokal), tidak ada yang impor. Adanya produksi ventilator tidak merubah line production di Len, karena pada dasarnya produksi di Len bersifat fleksibel.

Untuk saat ini, harga kedua ventilator, baik dari BPPT maupun ITB belum secara resmi ditetapkan, karena produk yang dibuat masih ada penambahan fitur dan ventilator ITB saat ini masih ditujukan untuk keperluan donasi,” ujar Sentot.

Untuk ventilator ITB, target diselesaikan oleh Len sebanyak 300 unit dan kapasitas produksinya mencapai 50 unit per hari. Saat ini sedang kejar produksi untuk keperluan donasi. Perusahaan lain yang ikut serta dalam produksi, yaitu PT MRB dan PT DI. Beberapa komponen ventilator dibuat sendiri oleh ITB. Saat ini kegiatan assembly komponen tersebut dilakukan oleh SMK, Polman, dan Polban,” tambahnya.

TEKNOLOGI VENTILATOR
Terdapat dua tipe ventilator, yaitu invasif dan non-invasif. Ventilator invasif adalah alat bantu pernafasan yang mana alat ini mengontrol keseluruhan pernafasan pasien disebabkan pasien dalam kondisi darurat. Sedangkan ventilator non-invasif digunakan untuk pasien yang masih sadar dan mampu mengatur pernafasannya sendiri meskipun dalam kondisi sesak nafas. Untuk pasien covid-19, biasanya akan ditemui gejala pasien susah bernafas, sehingga dalam kondisi ini pasien bisa dibantu dengan CPAP (Continuous Positive Airway Pressure) atau ventilator non-invasif untuk membantu kerja paru-paru agar tidak terjadi disfungsi.

Teknologi ventilator yang dikembangkan ITB memiliki fungsi non-invasif atau menggunakan CPAP, yaitu untuk membantu memberikan pasokan oksigen kepada pasien secara terus menerus sesuai standar yang dibutuhkan. Alat ini tidak mengambil kontrol pernafasan, sehingga perannya hanya membantu kerja paru-paru.

Tetapi apabila kondisi pasien semakin parah dan tidak dapat mengontrol pernafasannya sendiri, maka pasien dapat menggunakan ventilator invasif yang akan mengambil alih kontrol pernafasan. Mulai dari tarik nafas serta buang nafas. Ventilator invasif inilah yang dikembangkan BPPT yang diberi nama Emergency Ventilator.

Ventilator invasif ini menggunakan alat bantu endotracheal tube ( ETT) dengan cara intubasi yaitu dipasang dalam trakea pasien melalui mulut. Berdasarkan laporan yang diterima terkait kondisi di rumah sakit, banyak pasien covid yang mengalami sesak nafas. Sedangkan ventilator yang ada jumlahnya tidak memadai, sehingga pasien harus mengantri. Sebagai solusinya, maka dibuatlah ventilator tersebut untuk membantu pernafasan pasien, atau yang dinamakan dengan automatic resuscitator. Ventilator invasif ini diseting disesuaikan dengan kondisi pasien berdasarkan volume, tekanan dan frekuensi udara yang diberikan ke paru-paru pasien.

Desain ventilator yang diadopsi oleh BPPT merupakan jenis ventilator yang telah teruji secara medis di Spanyol. Ventilator jenis ini sudah diproduksi secara massal di negara tersebut . Desainnya bersifat open, artinya lembaga manapun bisa menggunakannya. Tentunya disesuaikan dengan ketersediaan komponen dan bahan pendukung yang ada di masing-masing negara.

Desain dari BPPT berbasis Semi-Automatic BVM (Bag Valve Mask), atau disebut juga Ambu Bag. Desain tersebut terinspirasi dari desain terbuka yang mampu membuat dukungan mekanik pada proses pemerasan (bagging) kantong resusitasi manual untuk mempermudah kerja tenaga kesehatan dalam menangani lonjakan jumlah pasien. Alat ini bekerja dengan menirukan gerakan meremas kantong resusitator untuk mendistribusikan sejumlah udara dengan volume tertentu, rasio inspirasi:ekspirasi tertentu dan mampu mengatur frekuensi pernafasan dengan tetap memperhatikan keamanan tekanan udara terhadap keselamatan organ paru-paru pasien.

KESIMPULAN

Pemerintah Republik Indonesia terus berupaya mencari jalan keluar untuk mendorong para pelaku industri di tanah air agar kembali bergairah setelah mendapat tekanan berat dari dampak pandemi Wuhan coronavirus Covid-19. Kebijakan strategis tersebut, perlu diramu bersama dengan seluruh pemangku kepentingan terkait sehingga tepat sasaran. 

Di Metalextra, rencana kerja kami terlaksana karena kami mendengarkan, mengulas, dan menganalisis tantangan dari pelanggan kami. Spesialis kami akan memulai dengan menghabiskan waktu di lantai workshop Anda dan di laboratorium Anda. Kemudian, kami mencari solusi dan menemukan jawaban yang sesuai dengan kebutuhan anda.

Jika Anda berminat untuk membeli alat kerja presisi ataupun beragam alat aksesoris machining dan cutting tool dimensi metric lainnya silahkan hubungi kami melalui chat online yang ada di pojok kanan bawah website ini atau melalui email: sales@metalextra.com Semoga bermanfaat. Wassalam!


Sumber:  Siaran Pers Kementrian Perindustrian May 2020

Tim Kreatif Metalextra.com, Kesimpulan di tulisan ini merupakan opini Pribadi di media milik sendiri.

Awalnya dipublikasikan pada26 May 2020 @ 3:49 PM

Leave a Reply