Pertumbuhan Industri Logam indonesia masih dibawah target pemerintah

Direktur Industri Logam Kementerian Perindustrian Budi Irmawan memproyeksi pertumbuhan industri logam di semester kedua tahun ini bisa mencapai 6% hingga 7%. “Karena permintaan logam biasanya menunjukkan peningkatan di semester kedua, indsutri pun secara otomatis akan ikut rumbuh,” katanya di Jakarta, kemarin.

Lebih jauh lagi Budi memaparkan pada semester kedua ini, permintaan logam seperti besi dan baja diproyeksi akan naik sesuai dengan dimulainya berbagai proyek pembangunan oleh pemerintah. Begitu pula dengan proyek pembangunan properti dan infrastruktur dari kalangan swasta dinilai masih akan menunjukkan pertumbuhan permintaan produk logam.

Selama semester pertama lalu, industri logam, besi, dan baja hanya mencatatkan pertumbuhan sebesar 5,7%. Kinerja selama periode tersebut terjun bebas dibanding pertumbuhan selama 2011 lalu yang mencapai 13,06%.

Budi mengatakan, kelangkaan bahan baku scrap selama semester pertama lalu menyebabkan industri logam turun drastis. Beberapa industri menurunkan kapasitas produksi mereka sesuai dengan keterbatasan bahan baku yang didapat. “Faktor kelangkaan bahan baku menjadi salah satu faktor utama pelembatan indsutri logam,” ujar dia.

Dia menambahkan saat ini industri logam seperti baja sudah mulai menyesuaikan diri dengan kondisi keterbatasan bahan baku. Di antaranya mengganti bahan baku serap dengan bahan baku yang sudah diolah terlebih dahulu.

Namun karena kapasitas produksi indsutri logam saat ini belum bisa langsung memenuhi peningkatan permintaan di dalam negeri, Budi bilang hal ini berpotensi untuk meningkatkan impor produk logam. “Kemingkinan impor bisa naik .hingga 4% karena produsen baja masih sulit untuk langsung berproduksi maksimal,” ujar dia.

Sebelumnya Menteri Perindustrian MS Hidayat mengharapkan penguatan struktur industri logam dan integrasi antara industri hulu dan hilir dari China yang mendirikan pabrik besi-baja dan alumunium dengan total nilai investasi US$ 8,6 miliar. “Dari investasi ini diharapkan dapat memperkuat struktur industri logam serta mengurangi ketergantungan terhadap produk impor,” kata MS Hidayat.

Menperin menegaskan akan berkomitmen dan memfasilitasi hal-hal yang mampu mendorong kelancaran proyek dua pabrik ini yang rencananya akan dimulai pada 2015 dan 2016 dengan nilai investasi US$ 1,5 miliar. Pabrik besi-baja dari investor China, Oriental Mining and Mineral Resources dan Ruo long Investement ini, akan memproduksi pasir besi dan bisa digunakan sebagai bahan baku peleburan baja.

Selain peleburan baja, MS Hidayat mengatakan pabrik tersebut akan mengadopsi teknologi yang telah diterapkan di dunia dan bisa memproduksi bahan baku untuk pengecoran besi, dan campuran untuk “ferroalloy/powder metalurgy”. “Saya berharap pembangunan pabrik DRI (Direct Reduced Iron,-red) bisa menjadi jembatan untuk teknologi pengolahan besi-baja yang lebih maju, karena teknologi yang digunakan adalah non-cooking coal yang banyak terdapat di Indonesia,” katanya.

Sedangkan pabrik pemurnian alumina yang akan dibangun oleh Beijing Shuang Zhong Li Investment Management dengan nilai investasi US$ 7,1 miliar, MS Hidayat beraharap untuk memasok produksi baik dalam dan luar negeri. “Kalau produksi alumina nanti dibutuhkan untuk dalam dan luar negeri. Termasuk inalum, Nanti kalau sudah bisa produksi saya stop impornya,” katanya.

Pabrik besi-baja dan alumunium tersebut akan dibangun masing-masing dalam empat dan tiga tahap. Pabrik besi-baja berkapasitas produksi enam juta ton per tahun. “Sedangkan investasi pabrik pemurnian alumina sebesar US$ 7,1 miliar, memiliki kapasitas total 1,8 juta ton,” katanya.

Untuk mendukung kontribusi ekonomi dari pembangunan dua pabrik tersebut, MS Hidayat meminta dukungan Pemerintah Daerah. Menurut Hidayat, dibutuhkan koordinasi yang baik antara instansi baik pusat maupun daerah untuk memastikan rencana investasi tersebut berjalan tepat waktu. “Begitu juga dengan investor China agar dapat segera merealisasikan investasinya dengan memenuhi ketentuan yang berlaku,” katanya.

Dalam kesempatan yang sama, Partner Managing Director PT. Global Resources Capital (Hongkong) Limited Lizhi Zao mengatakan pihaknya setuju menaati peraruran perindustrian yang ditetapkan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. “Kami akan menggunakan ke-mampuan ekonomi dan finansial kami, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan menyediakan lapangan kerja,” katanya.

KESIMPULAN

Pemerintah Indonesia Republik Indonesia terus berupaya mencari jalan keluar untuk mendorong para pelaku industri di tanah air agar kembali bergairah setelah mendapat tekanan berat dari dampak pandemi Wuhan coronavirus Wuhan Coronavirus Covid-19. Kebijakan strategis tersebut, perlu diramu bersama dengan seluruh pemangku kepentingan terkait sehingga tepat sasaran.

Ada dua masalah utama yang dihadapi sektor manufaktur akibat pandemi Wuhan coronavirus Wuhan Coronavirus Covid-19 adalah kendala cash flow serta kebutuhan akan modal kerja. Menurut Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, salah satu solusi untuk kendala alur kas (cash flow) adalah memberikan fasilitasi restrukturisasi kredit.

Di Metalextra, rencana kerja kami terlaksana karena kami mendengarkan, mengulas, dan menganalisis tantangan dari pelanggan kami. Silahkan hubungi kami melalui chat online yang ada di pojok kanan bawah website ini atau melalui email: sales@metalextra.com Semoga bermanfaat. Wassalam!


Sumber:  Siaran Pers Kementrian Perindustrian Juni 2020

Tim Kreatif Metalextra.com, Kesimpulan di tulisan ini merupakan opini Pribadi di media milik sendiri.

Awalnya dipublikasikan pada13 June 2020 @ 11:27 AM

Leave a Reply