DIN Standards itu apa sih?

Jerman moderen dikenal sebagai negeri Eropa yang mempekerjakan tenaga kerja sangat terampil sehingga menjadi ekonomi pengekspor barang-barang berkualitas tinggi terbesar di Eropa. Produk perusahaan asal Jerman, seperti mobil, mesin, farmasi, produk kimia dan komponen listrik secara rata-rata mampu mencatat nilai sebesar 3,67 triliun USD pada tahun 2017. Dalam artikel kali ini kita bahasa secara ringkas tentang DIN dan pengetahuan umum kenapa DIN menjadi salah satu standar yang penting dipahami bagi setiap produk dan jasa yang ingin memproduksi barang berkualitas Eropa dan Jerman khususnya.

DIN FUNGSINYA APA?

Standar DIN atau Deutsches Institut für Normung e.V. (disingkat menjadi “DIN”) merupakan kantor terdaftar di Berlin dan mewakili Standardisasi produk dan jasa di Jerman dan internasional. Standar DIN merupakan hasil kerja perumusan para ahli industri dan pemerintah di Jerman ditingkat nasional, Eropa dan/atau internasional. Siapa pun dapat mengajukan proposal untuk standar baru. Setelah diterima, proyek standar dilakukan sesuai dengan seperangkat aturan prosedur oleh Komite Standar DIN yang relevan, Komite Teknis yang relevan dari organisasi standar Eropa CEN (CENELEC untuk standar Elektroteknik) atau komite yang relevan di organisasi standar internasional ISO (IEC untuk proyek Elektroteknik).

Semua pemangku kepentingan dapat berpartisipasi dalam pekerjaan ini, termasuk produsen, konsumen, bisnis, lembaga penelitian, otoritas publik, dan badan pengujian. Mereka mengirim ahli untuk mewakili kepentingan mereka dalam badan kerja DIN, yang diawasi oleh sekitar 70 komite standar, yang masing-masing bertanggung jawab untuk bidang subjek tertentu. Untuk pekerjaan di tingkat Eropa dan internasional, komite standar DIN mengirim ahli untuk mewakili kepentingan Jerman dalam CEN dan ISO, masing-masing. Anggota staf DIN mengoordinasikan proses Standardisasi dan bertanggung jawab atas manajemen proyek secara keseluruhan, memastikan keseragaman dan konsistensi koleksi standar Jerman.

Standar dikembangkan dengan konsensus penuh, yaitu, dikembangkan oleh para ahli dengan tujuan untuk mencapai sudut pandang yang sama, dengan mempertimbangkan keadaan seni. Standar DIN ditinjau setidaknya setiap lima tahun. Jika standar tidak lagi mencerminkan keadaan teknologi saat ini, itu direvisi atau ditarik.

SEJARAH AWAL EKONOMI NEGERI JERMAN 

Sejarah DIN tidak bisa dilepaskan dari revolusi industri Jerman moderen. Pergerakan kebutuhan industri perang di Jerman sejak periode awal abad ke 18 muncul dalam usaha kalangan elit di Jerman untuk meraih kemerdekaan dari penjajahan Kaisar Perancis Napoleon Bonaparte yang juga menguasai Italia. Pada saat itu, Jerman masih berbentuk kerajaan yang terpecah-pecah dipimpin secara luas oleh keluarga bangsawan tertentu. Semangat para pembuat kebijakan di Jerman memang untuk untuk mengejar percepatan industri dan meningkatkan kapasitas militernya agar menghindari penjajahan bangsa besar yang menjadi tetangganya.

Tidak seperti negara-negara Eropa Barat sekarang, Jerman sebagai domain Kekaisaran Romawi Suci, yang tidak memiliki kepemimpinan terpusat yang kuat, tidak memulai penjelajahan dunia selama Abad Penjelajahan abad ke-16 dan ke-17, juga tidak mendirikan Armada perdagangan, pos perdagangan dan Koloni selama era kolonialisme berikutnya. Akibatnya masyarakat Jerman tetap stagnan karena ekonominya hanya memainkan peran sekunder dengan akses terbatas ke pasar dan sumber daya internasional, sementara di Prancis, Inggris dan Belanda, perdagangan dunia dan kepemilikan Kolonial sangat memberdayakan kelompok dagang dan industri dan menyebabkan munculnya seorang borjuis yang dapat mengambil manfaat dari peluang ekonomi baru.

Perang Tiga Puluh Tahun (1618-1648) menghancurkan dua puluh juta warga sipil kerajaan Jerman dan butuh waktu lebih dari dua generasi untuk mengembalikan ekonominya. Ketika Tentara saat itu merampok membakar dan menghancurkan apa yang tidak dapat mereka rebut, pertempuran sering kali tidak terkendali. Raja-raja kampung memimpin wilayah kota dengan gerombolan perampok yang terdiri dari ratusan atau ribuan Prajurit yang kelaparan menyebarkan wabah penyakit, Premanisme, Penjarahan, dan Pembunuhan. Tentara tersebut berada di bawah kendali raja-raja kampung yang bergerak bolak-balik melintasi pedesaan tahun demi tahun, memungut pajak berat di kota-kota, dan menyita hewan dan persediaan makanan para petani tanpa pembayaran.

Gangguan sosial in merusak situasi Jerman dan selama tiga dekade menyebabkan penurunan dramatis dalam populasi karena Pembunuhan, penyakit, gagal panen, penurunan tingkat kelahiran dan Penghancuran acak, dan Emigrasi orang-orang yang ketakutan. Satu perkiraan menunjukkan penurunan 38% dari 16 juta orang pada tahun 1618 menjadi 10 juta pada tahun 1650, sementara yang lain menunjukkan “hanya” penurunan 20% dari 20 juta menjadi 16 juta. Wilayah Altmark dan Württemberg sangat terpukul. Butuh beberapa generasi bagi Jerman untuk pulih sepenuhnya. Jerman juga terpecah oleh konflik agama yang muncul dari perpecahan antara aliran agama Kristen. Hal ini jugalah yang membuat orang keturunan Jerman banyak yang menyebar keseluruh penjuru daratan Eropa.

Peningkatan ekonomi Jerman justru bermula ketika pengaruh pembebasan budak terjadi pada tahun 1770-1830, dimulai dengan Schleswig Denmark pada tahun 1780. Kerajaan Prusia menghapuskan perbudakan dengan Dekrit Oktober 1807, yang meningkatkan status hukum pribadi kaum tani dan memberi mereka kesempatan untuk membeli bagian tunai dari tanah yang mereka kerjakan. Mereka juga bisa menjual tanah yang sudah mereka miliki. Dekrit tersebut berlaku untuk semua petani yang kepemilikannya di atas ukuran tertentu, dan termasuk tanah Mahkota dan Perkebunan bangsawan. Para petani dibebaskan dari kewajiban pelayanan pribadi kepada tuan dan iuran tahunan. Sebuah bank didirikan agar pemilik tanah dapat meminjam uang pemerintah untuk membeli tanah dari petani (petani tidak diizinkan menggunakannya untuk meminjam uang untuk membeli tanah sampai tahun 1850). Hasilnya adalah bahwa pemilik tanah yang besar memperoleh Perkebunan yang lebih besar, dan banyak petani menjadi Penyewa yang tidak memiliki tanah, atau pindah ke kota atau bahkan mampu mengumpulkan uang gaji untuk merantau ke Amerika.

MASA TRANSISI INDUSTRIALISME JERMAN

Dibandingkan negeri besar yang menjadi tetangga Jerman seperti Perancis dan Italia, Jerman tergolong negeri tertinggal dan sangat miskin saat itu. Periode pemulihan ekonomi Jerman berlangsung selama sekitar lima puluh tahun sampai akhir abad dan berakhir pada 1700-an. Pada saat itu, Jerman mungkin telah mencapai populasi sebelum perang (walaupun hal ini masih diperdebatkan). Kemudian, ada periode pertumbuhan yang stabil meskipun cukup lambat hingga tahun 1740-an. Setelah itu datang periode ekspansi ekonomi yang cepat tetapi tidak luar biasa yang terutama terjadi di negara-negara besar di timur (Austria, Saxony, Prusia) daripada di negara-negara kecil di Jerman tengah atau selatan.

Sebelum tahun 1850an, negeri Jerman tertinggal di belakang para pemimpin dalam pengembangan industri seperti negeri; Inggris, Prancis dan Belgia. Namun, bangsa Jerman ini memiliki aset yang cukup besar: tenaga kerja yang murah dan sangat terampil, sistem pendidikan keluarga yang baik, etos kerja yang kuat. Pada abad 18, negeri Jerman juga menggunakan strategi proteksionis yang kuat berdasarkan Zollverein (1830) atau Serikat Pabean bea-cukai Jerman yang meurpakan koalisi negara-negara Jerman untuk mengelola tarif pajak dan kebijakan ekonomi di Wilayah mereka.

Pada pertengahan abad, negara-negara Jerman mengejar ketinggalan, dan pada tahun 1900 Jerman adalah pemimpin dunia dalam industrialisasi, bersama dengan Inggris dan Amerika Serikat. Pada tahun 1800, struktur sosial Jerman kurang cocok untuk segala jenis pembangunan sosial atau industri. Dominasi oleh modernisasi Prancis selama era Revolusi Prancis (1790-an hingga 1815) menghasilkan reformasi institusional yang penting, termasuk penghapusan pembatasan feodal atas penjualan kavling tanah yang besar, pengurangan kekuatan komandan tentara bayaran di kota-kota, dan pengenalan hukum dagang baru yang lebih efisien. Namun demikian, tradisionalisme tetap kuat di sebagian besar Jerman. Sampai pertengahan abad, gilda, aristokrasi Tanah, Gereja, dan birokrasi pemerintah memiliki begitu banyak aturan dan batasan sehingga kewirausahaan dianggap rendah, dan diberi sedikit kesempatan untuk berkembang.

Dari tahun 1830-an dan 1840-an, Prusia, Saxony, dan negara bagian lain mengatur ulang undang-undang pertanian, memperkenalkan bit gula, lobak, dan kentang, menghasilkan tingkat produksi pangan yang lebih tinggi yang memungkinkan penduduk pedesaan Surplus pindah ke kawasan industri. Awal revolusi industri di Jerman datang dalam industri tekstil, dan difasilitasi oleh penghapusan hambatan tarif melalui Zollverein, mulai tahun 1834. Tahap lepas landas pembangunan ekonomi datang dengan Revolusi Kereta Api pada tahun 1840-an, yang membuka jalan baru pasar untuk produk lokal, menciptakan kumpulan Manajer menengah, meningkatkan permintaan untuk insinyur, Arsitek dan ahli mesin yang terampil, dan mendorong investasi di batu bara dan besi. Keputusan politik tentang ekonomi Prusia (dan setelah 1871, seluruh Jerman) sebagian besar dikendalikan oleh Koalisi “Rye and Iron” yang merupakan pemilik tanah Junker di timur dan industri berat di barat.

PERANG DUNIA & SEJARAH REVOLUSI INDUSTRI JERMAN MODEREN

Sampai awal abad ke-19 Jerman, merupakan negeri  yang diatur oleh sebuah Federasi dari banyak negara bagian dengan berbagai ukuran dan perkembangan, mempertahankan karakter pra-industrinya, di mana perdagangan berpusat di sekitar sejumlah kota bebas dilakukan. Setelah perkembangan jaringan rel kereta api yang ekstensif selama tahun 1840-an, pertumbuhan ekonomi yang pesat dan modernisasi memicu proses industrialisasi.

Para petani dan pengrajin Jerman kemudian mengembangkan sendiri industri kerajinan tangan dan perkakas industri berbasis alat pertanian yang mereka tiru dari Perancis. Orang Jerman pada masa itu mempelajari mesin dan perkakas industri asal Inggris dan menerapkan standar ukur Metrik asal Perancis – Swiss – Belgia, kemudian membuat perkakas yang lebih murah harganya. Industri “barang murahan” inilah yang mendorong Jerman menjadi ekonomi terbesar di Eropa pada tahun 1900. Jerman telah menetapkan posisi utama di beberapa sektor utama, seperti industri kimia dan produksi baja. Kapasitas produksi yang tinggi, daya saing permanen, dan kebijakan proteksionis berikutnya yang diperjuangkan dengan AS dan Inggris adalah karakteristik penting.

DIN didirikan pada tanggal 22 Desember 1918 sebagai “Normenausschuss der deutschen Industrie (NADI)” (Asosiasi Standar Industri Jerman) – nama ini diubah pada tahun 1926 dan, terakhir, pada tahun 1975. 1918 Pada bulan Maret, Standar Jerman pertama akhirnya diterbitkan ( DIN 1 “Taper Pin”) atau standar yang mengatur ulir produk sekrup dan baut.

Tanpa diduga Jerman terjun ke dalam Perang Dunia I (1914-1918). Ini dengan cepat memobilisasi ekonomi sipilnya untuk upaya perang. Ekonomi menderita di bawah blokade Inggris, yang memotong pasokan. Dampak blokade itu bertahap, dengan dampak yang relatif kecil pada industri Jerman dalam beberapa tahun pertama. Mobilisasi dan persenjataan menyebabkan goncangan ekonomi yang singkat namun dramatis pada awal konflik: pengangguran melonjak dari 2,7% pada Juli 1914 menjadi 22,7% pada September. Tingkat pengangguran setelah itu turun secara dramatis, karena industri perang dan perekrutan menempatkan permintaan besar-besaran pada Tenaga Kerja.

Intervensi pemerintah Jerman dalam perekonomian juga pada awalnya bersifat moderat, karena perang diperkirakan akan berlangsung singkat. Mengamankan bahan untuk produksi persenjataan dan menguasai pasar makanan adalah dua bidang di mana pemerintah Jerman terlibat sejak awal konflik. Perusahaan Swasta didirikan di bawah pengawasan pemerintah untuk mengawasi industri tertentu dan mengelola pasokan dan distribusi bahan makanan. Ini dimulai pada bulan November 1914 dengan pendirian perusahaan gandum. Ada sekitar 200 perusahaan ini pada akhir perang, mewakili tingkat kerjasama yang belum pernah terjadi sebelumnya antara pemerintah dan sektor swasta.

Depresi Hebat melanda Jerman dengan keras pada bulan-bulan terakhir tahun 1927. Pinjaman luar negeri, terutama oleh bank-bank New York, dihentikan sekitar tahun 1930. Pengangguran melonjak, terutama di kota-kota besar, memicu ekstremisme dan kekerasan di sayap kanan dan paling kiri, ketika pusat Spektrum politik melemah. Aliran modal akhirnya berbalik pada tahun 1931 dan krisis mata uang pun terjadi. Pada saat yang sama Jerman dilanda krisis perbankan, ketika bank terbesar kedua Jerman, Danat-Bank, gagal. Di Puncak Krisis di Amerika Serikat, dengan Moratorium Hoover, secara sepihak mendeklarasikan moratorium satu tahun untuk semua reparasi dan utang perang. Jerman telah membayar sekitar seperdelapan dari reparasi perangnya ketika mereka ditangguhkan pada tahun 1932 oleh Konferensi Lausanne tahun 1932. Kegagalan bank-bank besar di Jerman dan Austria pada tahun 1931 memperburuk krisis perbankan di seluruh dunia.

Jerman termasuk di antara negara-negara yang sangat terpengaruh oleh Depresi Hebat karena pemulihan dan rasionalisasi industri-industri besar dibiayai oleh pinjaman luar negeri yang tidak berkelanjutan. Kewajiban reparasi perang mengurangi kecenderungan investasi dan, mungkin sekarang penting, pemerintah menerapkan kebijakan penghematan yang kaku yang mengakibatkan deflasi. Ketika pengangguran mencapai tingkat yang sangat tinggi, kaum sosialis nasional mengumpulkan kekuasaan pemerintah dan mulai mengejar kebijakan tidak manusiawi mereka terhadap minoritas Yahudi, politik kiri dan banyak kelompok lainnya. Setelah terpilih, kaum sosialis nasional melakukan serangkaian langkah cepat untuk menghapuskan demokrasi. Kebijakan perdagangan mereka di Jerman terdiri dari rezim kebijakan autarki yang bertujuan untuk membatalkan semua impor, seperti bahan makanan, yang dapat diganti dengan substitusi domestik atau bahan baku untuk industri yang berorientasi konsumen. Hanya impor bijih besi dan barang sejenis yang dianggap perlu karena tujuan utama pemerintah adalah untuk memperkuat kapasitas produksi produk militer. Baik kelompok Jerman yang teraniaya maupun tidak teraniaya menderita akibat kebijakan autarki dan pengekangan perdagangan ini.

Selama era Hitler (1933–1945), ekonomi mengembangkan kemakmuran rumah kaca, didukung oleh subsidi pemerintah yang tinggi untuk sektor-sektor yang cenderung memberi Jerman kekuatan militer dan autarki ekonomi, yaitu kemandirian ekonomi dari ekonomi global. Selama perang itu sendiri, ekonomi Jerman ditopang oleh eksploitasi Wilayah dan orang-orang yang ditaklukkan. “Pemulihan ekonomi di Third Reich, yang diukur dengan PDB, didokumentasikan dengan baik; PDB riil tumbuh sekitar 55% antara tahun 1933 dan 1937.”

Modal fisik di Wilayah yang diduduki dihancurkan oleh perang, reinvestasi dan pemeliharaan yang tidak mencukupi, sedangkan kapasitas industri Jerman meningkat secara substansial sampai akhir perang meskipun terjadi pengeboman berat. (Namun, sebagian besar dari kapasitas ini tidak berguna setelah perang karena berspesialisasi dalam produksi persenjataan.). Dengan kekalahan perang, negara memasuki periode yang dikenal sebagai Stunde Null (“Zero Hour”), ketika Jerman hancur dan masyarakat harus dibangun kembali dari awal.

Pada akhir Perang Dunia II, infrastruktur ekonomi negara itu hancur total. Jerman Barat memulai program rekonstruksinya dengan dukungan keuangan yang diberikan oleh Marshall Plan dan, dipandu oleh prinsip-prinsip ekonomi Menteri Ekonomi Ludwig Erhard unggul dalam Keajaiban ekonomi selama tahun 1950-an dan 1960-an. Fasilitas ekonomi terakhir Jerman Timur yang tersisa dibongkar oleh pasukan pendudukan Soviet sebagai salah satu langkah pertama dari rencana reparasi perang. Negara itu tertanam dalam sistem Blok Timur dari ekonomi terencana Sosialis. Itu jauh tertinggal dalam hal standar hidup, dengan polusi industri yang sangat tinggi sampai diserap oleh Jerman Barat pada tahun 1990 dan dibangun kembali di bawah kapitalisme. 

PERBADINGAN DIN MODERN VS ISO VS IEC

Di bawah undang-undang pemerintah Jerman, produk yang lulus penilaian kualitas oleh organisasi DIN akan diberikan kelulusan dan bersertifikat publik, sehingga diizinkan untuk menampilkan tanda Standar Industri Jerman. Simbol DIN telah dianggap sebagai cap de facto persetujuan oleh pemerintah dan telah memerintahkan kepercayaan yang kuat sebagai panduan bagi pelanggan untuk memilih penawaran berkualitas tinggi. Nyatanya, manufaktur Jerman juga akhirnya menyadari bahwa standar DIN harus mampu lebih baik atau setidaknya setara dengan toleransi ISO dan IEC.

Organisasi Internasional untuk Standardisasi atau ISO merupakan badan penetapan standar internasional yang terdiri dari perwakilan dari berbagai organisasi standar nasional. Didirikan pada 23 Februari 1947, organisasi ini mengembangkan dan menerbitkan standar teknis, industri, dan komersial di seluruh dunia. Berkantor pusat di Jenewa, Swiss dan bekerja di 166 negara. International Electrotechnical Commission merupakan organisasi standar internasional yang menyiapkan dan menerbitkan standar internasional untuk semua teknologi kelistrikan, elektronik, dan terkait – secara kolektif dikenal sebagai “elektroteknologi”

Dalam perkembangannya modern di Jerman, Undang-Undang Standardisasi Industri direvisi pada tahun 2015 dan tanda sertifikasi produk DIN menjadi sangat berpengaruh di Eropa. DIN menyajikan Komisi Eropa dengan “Peta Jalan Standardisasi Jerman untuk Layanan”. Roadmap menjelaskan potensi dan keterbatasan Standardisasi layanan, dan mengidentifikasi area di mana Standardisasi memiliki signifikansi paling strategis untuk sektor jasa Jerman, dalam konteks Eropa juga..

KESIMPULAN

Jika Anda berminat untuk membeli perlengkapan inspeksi maupun quality tester silahkan hubungi kami melalui chat online yang ada di pojok kanan bawah website ini atau melalui email : sales@metalextra.com

Semoga menambah bahan referensi anda! Wassalam!


Sumber https://www.din.de/en/

Tim Kreatif Metalextra.com, Tulisan ini merupakan opini Pribadi di media milik sendiri.

Awalnya dipublikasikan pada8 January 2020 @ 5:29 PM

Leave a Reply